Menimbulkan Bau, Pembawa Sumber Penyakit Peternak Ayam Desa Cibatu ini Meresahkan Warga

GARUTNEWSHUNTER307.ID – Kandang ayam petelur yang tidak terawat dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi warga sekitar, seperti bau yang tidak sedap, peningkatan jumlah lalat, dan potensi penyebaran penyakit. Dampak-dampak ini menyebabkan warga resah dan merasa tidak nyaman. Selain itu, adanya kandang ayam di tengah pemukiman dapat mengganggu hubungan antar masyarakat dan bahkan menimbulkan pertentangan.

Seperti halnya yang terjadi di Desa Cibatu, Kecamatan Cibatu, Garut, warga masyarakat resah dengan keberadaan peternakan ayam petelur yang berada tidak jauh dari pemukiman warga setempat. Peternakan yang sudah berjalan selama tiga tahun itu menyebabkan bau tidak sedap dan menimbulkan banyak lalat, membawa sumber penyakit yang terletak di RW 04 dan RW 13 Desa setempat.

“Warga pun meminta pihak terkait, terutama Kepala Desa Cibatu Misbah, untuk menutup peternakan tersebut di karnakan ternak milik kelompok yang dibiayai dari dana desa tahun 2023 dari program ketahanan pangan 20 % yang di anggarkan sebesar Rp 156 juta , telah menimbulkan penyakit bagi warga sekitar dan diduga realisasipun dari Dana tersebut patut di pertanyakan seperti biaya pembuatan kandang 4 x 10 meter dan pembelian jumlah bibit ayam sebanyak 300 ekor dengan harga perekor 65 ribu dan untuk pembelian pengadaan konsentrat pakan satu minggu, diduga telah terjadi markup anggaran dan maleadministrasi demi meraup keuntungan dari program desa tersebut.

Rukmana warga setempat mengatakan, jika pihak Desa Cibatu belum lama ini banyak menerima keluhan warga terkait ternak ayam tersebut, dan telah melangsungkan pertemuan berkenaan aduan dan keresahan warga. Hanya saja, hasil dari pertemuan itu tidak memuaskan masyarakat, yang menjadi soal, letaknya berdekatan dengan permukiman warga. Sehingga limbah dari kotoran ayamnya itu bau sekali, ditambah lalat banyak,” ujarnya, senin (5/5/2025).

Menurut Rukmana Peternakan ayam ini sudah beroperasi selama tiga tahun dengan jumlah ayam 300 ratus ekor di RW 04 dan 300 ekor di RW 13 konon bisa mengasilkan telur 25 kg/hari dari satu kandang ayam ,coba saja itung dengan kalkulasi bisnis toh,namun sebaliknya yang terjadi selama itu, warga merasa resah dengan dampak negatif yang dihasilkan tersebut. Ia menyebut, jika kandang ayam petelur yang berjumlah dua unit di antaranya yang terletak di Rw 04 di kelola oleh Nanang rere ketua LPM dan istrinya dan di Rw 13, yang di kelola Agus itu hanya berlantaikan tanah saja, sehingga menimbulkan bau anyir dan lalat yang bisa membawa bibit penyakit.

“Baunya itu karena lantainya dari tanah. Seharusnya diplur lah tetapi ini kan tidak begitu ,dan masih tanah bawahnya,
warga meminta agar kandang ayam petelur dapat dipindah ke tempat yang jauh dari permukiman. “Harapannya dihentikan saja daripada menimbulkan keluhan masyarakat. tidak ada negosiasi lagi,” tegasnya.

“Sementara sumber warga lainnya, Jajang warga RW 13 menambahkan, jarak antara kandang ayam dengan rumah warga hanya 50 meter, terlebih saat ini musim penghujan, sehingga bau dan lalat yang dihasilkan semakin terasa, tuntutan warga minta keberedaan kandang ayam di pindahkan oleh pihak desa tidak ada kata lain, karena memang merasahkan warga, khususnya keberadaan lalat dan baunya, menurut penuturan warga sekitar,semenjak ada,ternak ayam belum pernah ada konpensasi dari desa maupun pengelola ternak sebutir telurpun di berikan kalau beli iyah di bawah harga pasar, selama ada ternak ayam belum pernah bagi -bagi telur ke warga ,” ucapnya.

“Sementara Sekdes Cibatu Endang suryana ketika di komfirmasi terkait keberadaan ternak ayam petelur yang menjadi keresahan warga membenarkan bahwa warga pernah mendatangi kantor Desa untuk memusyawarahkan kandang ayam yang keberadaanya terlalu dekat dengan pemukiman warga dan pihak desa berjanji akan berusaha memindahkan kandang tersebut dan itu sudah di lakukan di RW 13 yang di kelola Agus ,pihak desa sudah berupaya bikin kandang baru untuk memindahkannya sehingga jauh dari pemukiman warga.

Lanjut di katakan Endang suryana bahwa posisi ternak kandang ayam sebelumnya atas ijin warga setempat sehingga hasil dari ternak, telur suka di bagikan ke warga sekitar dan selama berdiri ternak ayam pihak desa belum pernah menerima hasil dari ternak ayam petelur tersebut ,semua di bagikan ke masyarakat sekitar ,” pungkasnya.

(IRWI)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *